Jumat, 26 November 2010

Mars Universitas Brawijaya: Sebuah Ulasan dan Implementasi

Sebuah lagu yang yang hanya ditulis pada secarik kertas folio untuk barang bawaan PK2MU, dan seingat saya juga hanya diperdengarkan pada PK2MU. Sebuah lagu yang *mungkin* kian terlupakan oleh segenap civitas akademika, bahkan mungkin juga jajaran rektorat, dekanat, dosen dan karyawan: Mars Universitas Brawijaya.

Mars Universitas Brawijaya
Berpadu di derap langkah
Menyambut terangnya sang surya
Universitas Brawijaya
Sumber ilmu dan budaya

Kibarkan tekad patria
Serempak dalam satu cita
Ayo bangkit semangat baja
Bahagia menanti kita

Maju terus maju Almamater tercinta
Universitas Brawijaya
Dengan rahmat Tuhan dan dasar Pancasila
Abadilah namamu

Dengan jiwa Tri Dharma mu
Kami setia mengawalmu
Universitas Brawijaya
Jayalah sepanjang masa

Batapa pentingnya, menurut saya, bagi setiap civitas akademika Universitas Brawijaya untuk setidaknya hafal lagu ini, sehingga lebih jauh dapat menjadikannya sebuah semangat untuk menyatukan derap langkah, menyambut terangnya sang surya dalam menjalani hari-hari di Universitas Brawijaya yang dapat berubah menjadi hari-hari melelahkan yang penuh kepenatan tiada dua, atau menjadi hari-hari penuh teror yang menakutkan jiwa.

Tulisan saya di atas bagi Anda mungkin terkesan terlalu berlebihan atau kurang penting. Namun bagi saya, hal-hal sepele seperti ini sangat fundamental dalam pembangunan semangat dan solidaritas, serta kecintaan seorang mahasiswa terhadap almamater. Apa lagi yang dapat secara mutlak mempersatukan satu fakultas dengan fakultas lain, dengan segala urusan dan caranya masing-masing, dalam tubuh Universitas Brawijaya selain Mars dan Hymne Universitas Brawijaya?

The idea!
Saya pikir bagi setiap mahasiswa, baik baru maupun lama, wajib untuk hafal lagu ini. Terlebih bagi para calon Pemilwa, Pemira, maupun pemilihan dekan dan rektor, perlu diadakan tes menyanyikan lagu-lagu "wajib" Universitas ini. Tes ini bukan merupakan hal yang dikompetisikan, namun bertujuan untuk mengukur "kadar" kebanggan dan kecintaan calon terhadap almamater. Adalah sebuah malapetaka dan fakta memalukan sekaligu memuakkan ketika kita memiliki pemimpin yang tidak mencintai tanah tempat ia berpijak. Bagaimana bisa seorang manusia berjuang secara total, sementara ia sama sekali tidak mencintai apa yang ia perjuangkan? Yang akan dirasakannya hanyalah kewajiban, sesuatu yang harus dipenuhi. Bukan sesuatu yang harus ia perjuangkan!

Untuk contoh yang lebih luas, tidakkah kita merasa malu dan muak ketika melihat petinggi-petinggi negeri ini tidak hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya, padahal memerintahkan seluruh siswanya untuk menyanyikannya di bawah terik matahari Senin pagi, hingga jatuh pingsan karena lemas. Bahkan tidak hafal teks Pancasila yang merupakan dasar negara, sumber hukum dan konsensus yang dibuat para founding fathers kita, yang digali dari hati sanubari dan jiwa bangsa Indonesia.

Bagaimana mungkin mereka berjuang tanpa mencintai negara ini? Tidak heran rasanya kalau mereka tidak berjuang maksimal demi rakyat, yang sudah mengembankan kepercayaan dan amanah kepada mereka, bahkan hanya memandang negara ini sebagai sapi perahan untuk memuaskan syahwat mereka, yang tak pernah terpuaskan akan harta dan kekuasaan. Oh, Tuhan, tak terbayang betapa malunya Ibu Pertiwi menyaksikan fenomena ini!

Oleh karena itu, sebagai generasi penerus sekaligus agen perubahan, saatnya kita membuang jauh rasa malu untuk membuka mulut menyanyikan lagu-lagu kebanggan kita. Bukan kualitas vokal kita yang menjadi ukuran, bukan pula bagus-tidaknya penampilan kita kala menyanyikan lagu-lagu itu, melainkan semangat perjuangan dan kecintaan kita kepada apa yang kita perjuangkan!
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Saya pikir cukup sekian untuk posting kali ini, komentar Anda akan sangat berarti bagi saya.
Let us discuss it together!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar