Senin, 07 Desember 2009

Wartel, The Endangered Species

Once upon a time, dimana telepon dan komunikasi jarak jauh masih merupakan hal yang berharga, kita masih bisa menemukan wartel dimana-mana. Di stasiun, perumahan, gang-gang kecil bahkan di mall sekalipun. Namun sekarang saya merasa wartel semakin jarang dan sulit untuk ditemukan, atau bahkan tidak ada sama sekali terutama di lungkungan kota-kota besar.

Keberadaan wartel kini tergeser oleh "invasi" teknologi telepon seluler yang membanjiri masyarakat yang jauh lebih praktis, canggih bahkan lebih murah jika dibandingkan dengan wartel yang masih menggunakan teknologi telepon rumahan. Selain itu, tentunya masyarakat lebih memilih telepon seluler karena:

1. Telepon seluler bisa digunakan sebagai media "bangga-banggan". Karena selain ponsel bisa dibawa kemana-mana, ponsel juga punya fitur yang keren-keren, yang pastinya bisa dibanggain ke teman-teman, sanak famili, handai taulan, binatang peliharaan, dll. Dan Anda tentunya tidak bisa membanggakan KBU (Kamar Bicara Umum atau apalah saya lupa kepanjangannya) Anda karena Anda tidak bisa membawanya ke teman-teman Anda. Yang ada, Anda bawa teman Anda ke KBU tersebut.

2. Telepon seluler bisa menciptakan sensasi, duit dan kehebohan di masyarakat.
Banyak artis, koruptor, politisi, pengusaha dan public figure lainnya yang membuat sensasi lewat ponsel atau ketahuan belangnya karena pembicaraannya disadap oleh pihak tertentu bahkan ada juga yang aktivitas "panas"nya yang direkan di ponsel bocor ke masyarakat. Kenapa nyangkutnya ke duit? Secara tidak langsung, artis yang bikin sensasi akan dapet popularitas dan job lebih banyak, yang mana job itu mendatangkan duit. Nah, kalau contoh duit yang langsung adalah tukang pulsa dan tukang ponsel. Jarang banget 'kan orang yang jualan KBU?? Ya, whatever.

3. Menggunakan jasa wartel bikin orang jadi nervous, parno dan takut.
Bukan karena angker, gelap atau baunya suatu KBU atau wartel, tapi karena kotak berkabel yang ada dihadapan pengguna jasa. Kotak berkabel yang saya maksud disini adalah kotak yang memancarkan angka-angka digital yang nilainya terus bertambah seiring dengan durasi pemakaian telepon. Apalagi kalau Anda menggunakan jasa telepon ke ponsel, interlokal, SLI atau SLJJ. Bisa-bisa anda panik sendiri karena serasa naik taksi tarif baru yang pake "argo kuda". Sensasinya tidak jauh beda. Sebelas-Duabelas lah.



Pernah suatu kali ponsel saya mati dan saya harus membuat panggilan. Akhirnya saya harus mencari wartel. Namun wartel begitu jarang ditemukan, seperti spesies dilindungi, yang eksistensinya makin terancam dan patut dipertanyakan. Finally, ada wartel meskipun letaknya sangat jauh dari tempat saya berada. Beautiful.

Baiklah, sekian presentasi dari kelompok saya, kurang lebihnya mohon maaf. Terima kasih dan sampai jumpa.