Yes Man!

Poster Film "Yes Man" (2008)

Pernah nonton film "Yes Man"? Bagi Anda yang belom pernah nonton film ini, saya akan kasih sedikit gambaran sepintas tentang film yang satu ini sebelum masuk ke ide yang bakal saya sampaikan. Here ya go!

"Yes Man" adalah film yang diangkat dari kisah nyata yang dibintangi om saya Jim Carrey. Dari aktornya aja saya yakin banget Anda udah bisa ngira-ngira bakal kayak apa film yang satu ini. Kisahnya sebenernya simpel, tapi menarik banget. Tentang seorang pegawai bank bernama Carl Allen yang diperankan om saya, yang hidup dalam kesibukannya, terperangkap dalam pandangan negatif pasca bercerai dari istrinya. Pokoknya jadi orang yang ga asik banget lah, kalo boleh saya umpamain ya mungkin mirip Squidward gitu. Hehehe..

Nah, suatu hari, temennya --yang keliatan bahagia dan "lepas" banget dalam ngejalanin hidupnya-- ngajak dia buat ikut seminar "Yes!", yang mana abis ikut seminar itu dia yang tadinya "No Man" berubah dan mau nyoba buat jadi "Yes Man", orang yang selalu berkata "ya" pada kehidupan.

Percobaannya perdananya buat jadi Yes Man bener-bener ga asik. Dia harus berakhir di antah berantah dengan tangki bensin kosong, telepon mati dan duit abis karena terus-terusan bilang "ya" kepada tiap permintaan seorang gelandangan. Tapi justru di kesempatan yang ga menyenangkan itu, dia ketemu cewek bernama Allison yang menarik banget buat dia, dan bagi dia itu keajaiban dari menjadi seorang "Yes Man". Kejadian itu bener-bener jadi breakthrough buat dia.

Sejak saat itu dia terus berkata "ya" pada kehidupannya, ga ada lagi kata menolak ato jawaban negatif. Guess what? Hubungannya sama orang sekitar jadi bagus, karirnya juga meroket, plus dia jadi orang yang punya banyak banget keterampilan yang berguna. Singkat kata, hidupnya jadi bagus banget! 

Tahap konflik dan ending film ini? Silakan cekidot sendiri aja, filmnya kocak bin asik punya kok buat ditonton. Sekarang langsung masuk ke ide!

AnakJombang as a Yes Man?

Jujur, sering banget saya kepikiran buat (juga) jadi Yes Man. Kayaknya hidup saya bakal penuh dengan kebahagiaan dan keelektropostifan (weleh, apa ini?), serta dinamika yang menarik dan penuh warna. Meskipun yang ada di otak saya pas ngebayangin hal itu, disamping hal-hal positif di atas yang mungkin bakal terjadi, adalah justru kehancuran dan kekacauan hidup.

Saatnya contoh soal!

Sekarang gini, bayangin aja, kalo setiap ada tawaran OR kepanitiaan ato organisasi di kampus dan saya mengatakan "ya" pada semuanya, apa yang bakal terjadi? Kehancuran buat saya.

Kalo ada tawaran buat jadi komting ato ketua panitia dengan kemampuan saya sekarang yang masih belom apa-apa, dan saya bilang "ya" pada semuanya? Kehancuran buat kelas, kepanitiaan dan saya pribadi.

Ato kalo di FKUB banyak cewek yang nawarin saya buat jadi pacarnya, dan saya bilang "ya" pada semuanya, apa yang bakal terjadi? Khusus buat hal yang satu ini ga akan ada kejadian apa-apa, karena yang kayak ginian ga mungkin banget terjadi di kehidupan bahagia saya. Hahaha.

Anyways, penerapan prinsip Yes Man menurut saya bermanfaat banget loh buat kehidupan kita. Kalo kita bisa membiasakan buat bilang "ya" pada hal-hal yang bernilai kebaikan, bahkan kepada hal baik yang menurut kita kurang penting dan meskipun keengganan dkk menghadang, maka kebaikan bakal datang menghampiri kita. Namun pastinya harus kita sesuaikan dengan kemampuan, kesempatan dan keadaan hidup kita. Artinya, jangan jadi Yes Man secara sembarangan dan tanpa perhitungan yang matang, namun secara proporsional-lah yang paling baik. Jangan juga nyoba-nyoba buat ngikutin cara hidup Carl Allen. Bisa-bisa kacau hidup Anda :p

Saya sendiri udah nyoba buat jadi Yes Man pada beberapa kesempatan hidup saya. Misalnya pas bilang "ya" pas komting kelas saya nawarin saya buat ikut OR Pemilwa. Dimana saya akhirnya jadi Panwas, saya ngerasain bahwa banyak banget manfaat yang saya dapet mulai dari kenal banyak orang, tau banyak banget hal yang ga diketahui masyarakat FKUB pada umumnya, dan yang terpenting adalah saya bisa tahu style, kondisi dan peta percaturan politik di kolegium mahasiswa FKUB.

Terus juga pas saya ditawarin, lagi-lagi oleh komting kelas saya, buat ikut MUMF (Musyawarah Umum Mahasiswa Fakultas), majelis tertinggi mahasiswa di fakultas yang kedudukannya di atas BEM dan DPM. Saya bilang "ya" meskipun dengan memutuskan hal itu berarti saya harus mengorbankan waktu istirahat dan belajar saya di akhir pekan yang berharga. Hasilnya? Saya bisa tau banyak banget hal-hal tentang kolegium mahasiswa FKUB, selain juga bisa mengkritisi dan memaparkan ide-ide saya terkait kebijakan yang dimusyawarahkan dalam sidang. Saya bahkan hampir jadi presidium sidang waktu itu, namun sengaja saya gagalkan (buat yang pengen tau cerita lengkapnya silakan kontak saya aja hhehe).

Satu contoh lagi. Jadi Yes Man bermanfaat banget bahkan pas saya "dikorbanin" kelompok saya buat ikut technical meeting PKMGT Maba dan seminar karya ilmiah yang diadain salah satu LSO di FKUB. Bagi sebagian orang mungkin acara-acara kayak gini dianggep ga penting, geje ato bahkan ga ngaruh buat kehidupan. Tapi setelah saya pahami dengan seksama, manfaatnya cukup besar juga. Ga "kesasar" dalam teknis pelaksanaan PKMGT Maba dan encouraged buat mulai melangkahkan kaki ke dunia penelitian setelah ketemu dan dapet "siraman materi" dari orang-orang luar biasa dalam bidang riset: Dr. dr. M. Saifur Rohman, Sp.JP, PhD dan mahasiswi Indonesia yang kuliah di USA (saya lupa namanya -.-), yang juga research-mania adalah yang saya dapat dari mengatakan "ya" pada sesuatu yang bernilai positif.

Akhirnya, saya berharap sekelumit pengalaman dan ide saya ini dapat memberikan manfaat bagi Anda, setidaknya sedikit memotivasi untuk teguh dalam kebaikan. Well, masih banyak lagi sebenarnya contoh aplikasi dan manfaat yang saya dapatkan dari menjadi Yes Man dalam kehidupan saya. Tapi untuk sekarang, saya rasa cukup dulu untuk cerita saya. Sekarang saatnya bagi Anda untuk mulai membuat cerita Anda!

Let us be Yes Men who always say "yes" to good!